Ulama Besar dari Jepara
Di masa jaya Kesultanan Demak Bintara, Kadipaten Jepara juga menjadi tempat tinggal para buruh dan pelaut. Mungkin Jepara itu kota tua, lebih tua dari Demak Bintara. Sebagai kota pelabuhan, dengan teluk yang aman, Jepara selalu lebih disukai daripada Demak Bintara, tetapi yang lebih menguntungkan Demak Bintara ialah adanya hubungan yang lebih mudah dengan pedalaman Jawa Tengah. Dari pelosok harus didatangkan beras untuk dijual pada buruh dari seberang di kota-kota pelabuhan. Sukarnya hubungan dengan tanah pelosoklah yang menjadi salah satu sebab jatuhnya Jepara sebagai kota pelabuhan pada abad ke-17. Semarang menggantikannya.
Kekalahan melawan Malaka pada 1512-1513, yang mengakibatkan armada Kanjeng Adipati Yunus dari Kadipaten Jepara nyaris hancur sama sekali. Citra kekuasaan para pejabat Jepara, dengan demikian menjadi berkurang, namun perdagangan lautnya tidak sampai musnah. Karena kematian Kanjeng Sultan Trenggana dari Demak Bintara pada 1546 tiba-tiba berakhirlah kemakmuran “kekaisaran” Demak Bintara. Sesudah pabaratan berdarah antara para calon pengganti raja di Kotanegara Demak Bintara, para pejabat kraton yang terkemuka berkumpul di Jepara untuk memusyawarahkan hari depannya. Kecuali kisah-kisah yang bersifat sejarah pawarta mengenai Jepara dalam kisah-kisah Jawa dimulai dengan berita mengenai didirikannya Kalinyamat. Kota Kalinyamat kira-kira 18 km ke pelosok Jepara, di tepi jalan ke Kudus, pada abad ke-16 menjadi pusat pemerintahan kota pelabuhan itu. Menurut kisah, yang mendirikan tempat itu ialah orang Cina, nakhoda sebuah kapal dagang yang kandas di pantai. Sesampainya di Jepara (Jung Mara) dalam kondisi melarat, ia diislamkan oleh Kanjeng Sultan Kudus. Tidak lama kemudian ia mendiri¬kan pedukuhan di tepi jalan antara Kudus dan Jepara yang lama-kelamaan dapat dikembangkannya, sehingga maju. Ia suwita pada Kanjeng Sultan Trenggana dari Demak Bintara, dan mendapat salah seorang putri Kanjeng Sultan Trenggana sebagai istri. Pasti putri itulah yang pada silsilah trah Demak Bintara tercatat sebagai Ratu Harya Jepara atau Ratu Pakuwan Pajajaran. Dalam babad Jawa Tengah ia disebut Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Ki Ageng Kalinyamat, seperti juga iparnya, Sunan Prawata dari Demak Bintara, diprajaya oleh Harya Penangsang dari Jipang yang ternyata bertekad membinasakan semua saingannya untuk menduduki takhta kraton almarhum Kanjeng Sultan Trenggana. Makam Ki Ageng Kalinyamat dan istrinya, Sang Ratu, yang sesudah kematian suaminya masih hidup puluhan tahun, ditemukan di pemakaman Mantingan, tidak jauh di sebelah selatan Jepara. Mungkin ia memerintahkan membangun makam itu duk nalikaning hidup menjanda sebagai ratu Jepara.
Kanjeng Ratu Kalinyamat lalu bertapa telanjang di Gunung Danaraja. Sebagai penutup tubuhnya hanyalah rambutnya yang digerai. Kanjeng Ratu Kalinyamat bersumpah, tidak mau memakai kain selama hidup, kalau Harya Jipang belum mati, dan janji siapa yang bisa membunuh Harya Jipang, Kanjeng Ratu Kalinyamat akan suwita kepadanya dan semua miliknya diserahkan semua. Alkisah, Kanjeng Sunan Kudus sedang bermusyawarah dengan Harya Penangsang. Kanjeng Sunan Kudus berkata, “Kakangmu Prawata dan Kalinyamat sekarang sudah mati dan istrinya menangis-nangis. Tapi belum lega hatiku, kalau kamu belum berdhampar kencana menjadi raja tanah Jawa. Dan kalau masih ada adikmu Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat, kukira kamu tidak bisa jadi raja, sebab itu yang menyulitkan.”
Arya Penangsang, setelah mendengar laporan kajineman (polisi rahasia), sangat susah hatinya. Ia lalu memberi tahu Kanjeng Sunan Kudus, kalau utusannya membunuh Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat tidak berhasil. “Kalau Kanjeng Sunan berkenan, sebaiknya Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat saja yang sebaiknya diperintah ke sini, dengan alasan, akan diajak bermusyawarah tentang ilmu. Kalau sudah sampai di sini, mudahlah itu.” Kanjeng Sunan Kudus menuruti permohonan Harya Penangsang. Ia lalu mengirim utusan untuk memanggil Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat. Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat gugup menerima perintah Kanjeng Sunan Kudus, karena artinya diperintah oleh guru
Rabu, 24 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Demak Bintara”
Posting Komentar